ETIKAP 2025: Kolaborasi untuk Masa Depan Perkebunan Lebih Tangguh

Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia (GPPI) kembali menyelenggarakan agenda tahunan Evaluasi Tahunan Ilmiah Kinerja Agribisnis Perkebunan (ETIKAP) yang ke-6, Rabu (11/6), di Hotel Manhattan, Kuningan.

Tahun ini, ETIKAP mengusung tema “Diseminasi Inovasi dan Teknologi Petani Sawit, Kelapa, dan Kakao”, sebagai upaya memperkuat kontribusi sektor perkebunan dalam pembangunan nasional.

Ketua Umum GPPI, Dr. Ir. Delima Hasri Azhari, MS, dalam sambutannya mengapresiasi dukungan dari berbagai lembaga, termasuk BPDPKS, Riset Perkebunan Nusantara (RPN), PTPN III Holding, serta Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC), yang telah memungkinkan terselenggaranya forum ilmiah ini.

“Perkebunan adalah sektor strategis yang punya kontribusi besar dalam ekspor nasional. Kita pernah menembus pasar Amerika lewat Pelabuhan Manhattan, dan kini kita berkumpul di Manhattan Jakarta untuk memperkuat kembali peran tersebut,” ujar Delima.

Hadir mewakili Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Direktur Hilirisasi Perkebunan Kementan, Haris Darmawan, menyampaikan sejumlah pembaruan kebijakan yang tengah dirancang, khususnya untuk penguatan komoditas unggulan seperti sawit, kelapa, dan kakao.Ia menekankan pentingnya program strategis yang mencakup peremajaan tanaman, peningkatan SDM, serta pembangunan sarana dan prasarana.Meski demikian, Haris juga menggarisbawahi sejumlah tantangan di sektor ini. Produktivitas sawit nasional, misalnya, masih di bawah potensi maksimal, hanya mencapai 3,8 ton per hektare dari total potensi 5 ton. Selain itu, stagnasi lahan di angka 1,83 juta hektare juga menjadi sorotan.

Untuk kelapa, Kementerian menargetkan peremajaan hingga 500 ribu hektare. Namun, tantangan tetap hadir dalam bentuk keterbatasan bahan baku dan tingginya ekspor kelapa mentah yang belum diolah.

Sementara itu, industri kakao Indonesia menghadapi penurunan produksi dalam negeri dan meningkatnya impor, meski Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen utama dunia.

Melalui ETIKAP 2025, Kementerian berharap forum ini bisa memberikan masukan strategis untuk penyusunan Permentan tentang ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil), sekaligus menjadi ruang sinergi antar sektor untuk mempercepat pengembangan inovasi yang berdampak secara global.

Also Read

Bagikan:

Tags